Wednesday, February 10, 2016

Siapa yang Berwenang Menetapkan 1 Syawal?



Fri 12 October 2007 00:12 | puasa | 2.765 views
Pertanyaan : 
Assalamu'alaikum wr. Wb
Beberapa tahun belakangan ini seringkali terjadi perbedaan masuknya 1 syawal, sehingga umat dibuat bingung. Karena banyak metode penentuan 1 syawal, maka di negara yang bukan negara Islam seperti kita ini,
1. Siapakah yang berwenang untuk menetapkan 1 syawal(tentunya menurut al-Qur'an & hadits)?
2. Bolehkah seorang pemimpin kelompok menetapkan itu dengan mendasarkan pada ayat yang artinya: Hai orang-orang muslim, taatlah kamu kepada Allah, dan rasulnya dan Ulil Amri di antara kamu....
3. Apakah pemimpin kelompok bisa juga disebut "Ulil Amri Minkum"
Demikian pertanyaan saya, mudah-mudahan ustadz berkenan menjawab
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Karena sudah pasti ada perbedaan pendapat di kalangan para mujtahid dalam menetapkan jatuhnya tanggal 1 Syawwal, maka khusus untuk masalah ini, harus ada penengah yang perkataannya ditaati oleh semua mujtahid tersebut.
Apalagi mengingat urusan jatuhnya lebaran ini menyangkut kepentingan orang banyak, maka kesepakatan harus diambil dan persatuan harus lebih diutamakan.
Kita bisa maklum kalau ada perbedaan pendapat yang didiamkan saja, karena memang tidak ada solusi. Misalnya, perbedaan pendapat tentang jumlah bilangan rakaat shalat tarawih, atau perbedaan pandangan tentang kesunnahan qunut shalat shubuh dan kebid'ahannya.
Demikian juga perbedaan pendapat dalam hukum penyelenggaraan hari besar seperti maulid nabi, isra' mi'raj, nuzulul quran dan seterusnya. Biarlah masing-masing mujtahid berpendapat sesuai dengan apa yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran.
Asalkan satu sama lain tidak saling mengejek, mencemooh, mencaci atau memerangi dengan jalan memboikot, tidak mau bertegur sapa hingga menuduhnya sebagai calon penghuni neraka jahannam.
Perbedaan pendapat dalam banyak masalah cabang syariah adalah sebuah kepastian, tidak mungkin ditampik dan mustahil dihilangkan. Demikian secara umum yang berlaku untuk setiap masalah furu'iyah dalam masalah kajian fiqih.
Namun khusus untuk penetapan tanggal 1 Syawwal, 1 Ramadhan atau pun 1 Dzulhijjah, seharusnya ada kesepakatan di antara para mujtahid. Tidak diserahkan kepada masing-masing orang untuk menetapkan sendiri-sendiri.
Sejarah agama kita sejak 14 abad yang lampau, baik selama masih ada khilafah Islamiyah atau pada periode setelah keruntuhannya, tidak pernah ada mujtahid yang menetapkan sendiri jatuhnya hari raya itu.
Ilmu hisab dan ilmu rukyatul hilal boleh berkembang dan dipelajari oleh orang banyak, akan tetapi urusan penanggalan dan jatuhnya jadwal puasa serta lebaran, tetap harus diserahkan kepada satu pihak di dalam dunia Islam.
Di masa khilafah masih ada dulu, seorang khalifah adalah pengambil keputusan terakhir untuk masalah ini. Itu merupakan hak preogratifnya karena memang demikian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai kepala negara tertinggi di masa lalu.
Dan hal yang sama selalu dilakukan oleh para khalifah pengganti beliau, baik Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali ridhwanullahi 'alaihim ajma'in, keputusan ada di tangan khalifah sebagai otoritas tertinggi umat Islam.
Dan semua khalifah dari berbagai dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Bani Utsmaniyah juga melakukan hal yang sama. Tidak ada satu pun elemen umat Islam yang secara lancang menetapkan jadwal Ramadhan dan Syawwal sendiri. Meski mereka ahli di bidang astronomi, hisab bahkan rukyatulhilal, namun biar bagaiamana pun mereka sangat menghormati khalifah.
Pasca Runtuhnya khilafah
Di masa kita sekarang ini di mana khilafah sudah tidak ada lagi, tradisi menyerahkan urusan jadwal Ramadhan dan Syawwal kepada otoritas penguasa tertinggi yang ada di tengah umat Islam tetap berlangsung.
Rakyat Mesir yang merupakan gudang ulama dan ilmuwan, tetap saja menyerahkan masalah ini kepada satu pihak. Bersama dengan pemerintah yang resmi mereka sepakat menyerahkan masalah ini kepada Grand Master Al-Azhar (Syaikhul Azhar). Dan yang menarik, begitu Syaikhul Azhar menetapkan keputusannya, semua jamaah di Mesir baik Ikhwanul Muslimin, Ansharussunnah, Takfir wal jihad, Salafi sampai kepada kelompok-kelompok sekuler sepakat untuk taat, tunduk dan patuh kepada satu pihak.
Hal yang sama juga kita saksikan di Saudi Arabia. Meski di sana ada banyak jamaah, kelompok, dan aktifis yang sering kali saling menyalahkan dan berbeda pendapat, tetapi khusus untuk jadwal Ramadhan dan Syawwal, mereka bisa akur dan patuh kepada keputusan mufti Kerajaan.

Dan hal yang sama terjadi di semua negeri Islam, mereka semua kompak untuk menyerahkan urusan ini kepada satu pihak, yaitu pemerintah muslim.
Entah bagaimana ceritanya, di negeri kita yang konon negeri terbesar dengan jumlah penduduk muslim di dunia, justru setiap pihak tidak bisa berbesar hati untuk menyerahkan masalah ini ke satu tangan saja. Setiap ormas merasa punya hak 100% untuk menetapkan jatuhnya jadwal ibadah itu.
Bahkan tanpa malu-malu melarang otoritas tertinggi yaitu pemerintah untuk bersikap dan menjalankan tugasnya. Padahal yang diperselisihkan hanya urusan ijtihad yang mungkin benar dan mungkin salah. Nyaris tidak ada kebenaran mutlak dalam masalah ini. Sebab sesama yang rukyat sudah pasti berbeda. Dan sesama yang berhisab juga berbeda. Dan perbedaan itu akan selalu ada.
Padahal maslalah ini adalah masalah nasional dan menyangkut kepentingan orang banyak. Seharusnya 200 juta umat Islam menyerahkan masalah ini kepada satu pihak yang dipercaya dan konsekuen untuk patuh dan tunduk.
Satu pihak itu seharusnya adalah pihak yang netral, tidak punya kepentingan kelompok, ahli di bidang rukyat dan hisab serta punya legitimasi. Dan menurut kami, pihak itu adalah pemerintah sah negeri ini. Karena dalam hal ini pemerintah adalah pihak yang merupakan otoritas tertinggi umat Islam. Dan direpresentasikan sebagai Menteri Agama RI.
Kalau hukum hudud diberlakukan di negeri ini, maka beliau pula yang punya hak untuk merajam pezina, memotong tangan pencuri, mencambuk peminum khamar. Dan selama ini, beliau pula yang memiliki hak secara sah untuk menikahkan wanita yang tidak punya wali.
Sebuah ormas tidak punya hak apapun untuk mengeksekusi hukum hudud, sebagaimana tidak punya hak untuk menikahkan wanita tak berwali. Maka logika sederhananya, seharusnya juga tidak punya hak untuk menetapan secara nasional tentang jatuhnya puasa dan lebaran. Sepintar apa pun orang yang ada di dalam ormas itu.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

Arti Ucapan Selamat Lebaran



Sat 13 October 2007 22:42 | puasa | 3.916 views
Pertanyaan : 
Assalamualaikum... Selamat lebaran Pak Ustadz.
Saya langsung saja ke pertanyaan pak ustadz. Setiap menyambut hari raya idul fitri, kebanyakan kaum muslim mengirimkan ucapan selamat Lebaran berbunyi " Taqabalallahu Minna waminkum, shiyamana washiyamakum. Minal aidin wal faidzin." Saya sebagai orang awam yang tidak tahu dengan bahasa Arab, bingung dengan arti kata-kata di atas.
Mohon kepada Pak Ustadz menjelaskan arti kalimat di atas.
Wassalam
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, itu artinya semoga Allah mengabulkan. Minaa wa minkum berarti dari kami dan dari anda. Shiyamana wa shiyamakum berarti puasa kami dan puasa anda.
Taqabballahu
Sedangkan lafadz minal a'idin wal faidzin merupakan doayang terpotong, arti secara harfiyahnya adalah: termasuk orang yang kembali dan menang.
Lafadz ini terpotong, seharusnya ada lafadz tambahan di depannya meski sudah lazim lafadz tambahan itu memang tidak diucapkan. Lengkapnya ja'alanallahu minal a'idin wal faidzin, yang bermakna semoga Allah menjadi kita termasuk orang yang kembali dan orang yang menang.
Namun sering kali orang salah paham, dikiranya lafadz itu merupakan bahasa arab dari ungkapanmohon maaf lahir dan batin. Padahal bukan dan merupakan dua hal yang jauh berbeda.
Lafadz taqabbalallahu minna wa minkum merupakan lafadz doa yang intinya kita saling berdoa agar semua amal kita diterima Allah SWT. Lafadz doa ini adalah lafadz yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika kita selesai melewati Ramadhan.
Jadi yang diajarkan sebenarnya bukan bermaaf-maafan seperti yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan bangsa Indonesia. Tetapi yang lebih ditekankan adalah tahni'ah yaitu ucapan selamat serta doa agar amal dikabulkan.
Meski tidak diajarkan atau diperintahkan secara khusus, namun bermaaf-maafan dan silaturrahim di hari Idul Fithri juga tidak terlarang, boleh-boleh saja dan merupakan 'urf (kebiasaan) yang baik.

Di luar Indonesia, belum tentu ada budaya seperti ini, di mana semua orang sibuk untuk saling mendatangi sekedar bisa berziarah dan silaturrahim, lalu masing-masing saling meminta maaf. Sungguh sebuah tradisi yang baik dan sejalan dengan syariah Islam.
Meski terkadang ada juga bentuk-bentuk yang kurang sejalan dengan Islam, misalnya membakar petasan di lingkungan pemukiman. Tentunya sangat mengganggu dan beresiko musibah kebakaran.
Termasuk juga yang tidak sejalan dengan tuntunan agama adalah bertakbir keliling kota naik truk sambil mengganggu ketertiban berlalu-lintas, apalagi sambil melempar mercon, campur baur laki dan perempuan dan tidak mengindahkan adab dan etika Islam.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

40 Ribu Orang Jadi Muallaf Setelah Melihat Tokoh Agamanya Tewas.

Umat Islam Mongol

Apa yang Dilakukan Tokoh Agama Tersebut Saat itu banyak orang­orang Nasrani sedang riang gembira (bersuka cita). Mereka sangat senang karena salah satu pemimpin Mongol yang sebelumnya memeluk agama Islam kini murtad kembali. Umat Muslim Mongol Dalam luapan gembira dan perayaan tersebut banyak para tokoh Nasrani hadir. Kemudian dihadapan semua orang tampillah seorang pendeta yang sangat gagah. Ia tampil begitu percaya diri, semua mata tertuju padanya. Dalam kesempatan tersebut pendeta tersebut ingin meyakini pemimpinnya (raja). Dalam kemurtadannya ia ingin semua orang tidak melirik dan kembali ke ajaran agama Islam. Kemudian pendeta tersebut mulai berceramah. Dalam ceramahnya ia menghina Nabi Muhammad SAW begitu kerasnya (Naudzubillah). 

Namun, baru beberapa kalimat keluar dari mulutnya, seekor anjing penjaga yang terikat menyalak keras dan terlepas. Anjing tersebut berlari kearah pendeta dan mencakar wajahnya. Beruntung, karena beberapa orang sekitar pendeta berhasil menghalau serangan anjing tersebut. Kemudian beberapa orang yang sedang mengikuti acara tersebut berkata “Itu pasti karenan engkau mencela Nabi Muhammad, anjing itu marah dan menyerangmu”. Begitu beberapa orang memperingatkan pendeta tersebut. Pendeta tersebut berkilah, “Oh, tidak. Anjing ini hanya merespon karena isyarat tanganku saat ceramah mengejutkannya dan menyerangnya, anjing itu memberikan perlawanan”. Kata pendeta. Pendetapun melanjutkan kembali ceramahnya. Merasa tidak ada yang salah, ia kembali menghina Nabi Muhammad SAW. Ia menghina dengan kata­kata keji. Tiba­tiba anjing tadi yang sedang diikat kembali lepas dan menyerang kembali pendeta tersebut. Akibat serangan secepat kilat, pendeta itu roboh dan anjing menyambar leher serta mengoyak dada pendeta tersebut. Akhirnya pendeta itupun tewas. Dalam suasana yang gaduh, banyak suara teriakan histeris. Kebanyakan orang takut, namun banyak juga yang merenungi kejadian ini. Mereka yang merenungi berpikiran, tidak mungkin anjing penjaga itu menyerang sampai dua kali pada saat Nabi Muhammad SAW dihina kalau bukan ada sesuatu Yang Maha Kuasa menggerakkan anjing itu. Kematian pendeta itu memang benar karena serangan anjing. Kematian mengerikan yang dialami pendeta tersebut adalah azab dari Dzat yang tidak ridha Nabi Muhammad SAW di hina. Siapa lagi Dzat Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Allah SWT yang mengutus Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga yang menciptakan Nur (cahaya) Nabi Muhammad SAW. Semenjak kejadian tersebut berbondong­bondonglah orang untuk memeluk agama Islam. “Karena kejadian ini,” tutur Ibnu Hajar Al Asqalani seperti ditulis Imam Adz Dzahabi dalam Mu’jamus Syuyuukh, “40 ribu orang Mongol masuk Islam.” Allahu Akbar! Sahabat, lihatlah begitu ngerinya azab bagi seseorang yang menghina kekasih Allah SWT yaitu Nabi Muhammad SAW. Sebagai Muslim yang taat sudah seharusnya senantiasa selalu memuji Allah SWT dan bershalawat kepada Rasulullah SAW. Semoga sahabat semua bisa mengambil hikmah dibalik kisah ini

Bagaimana Hukum Takbiran

Sun 14 October 2007 12:41 | kontemporer | 2.638 views
Pertanyaan : 
Assalamu'alaikum, Ustad.
Saya ingin menanyakan mengenai hukum takbiran. Takbiran yang bagaimanakah yang diperbolehkan (tidak ada khilaf di antara ulama)? Dan, apakah ada praktek takbiran yang masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kebolehannya? Kalau ada, itu yang seperti apa?
Karena saya pernah mendengar bahwa ada sebagian yang menganggap takbiran itu sebagai bid'ah. Karena itu saya penasaran, Ustad.
Terima kasih sebelumnya atas jawabannya. Wassalam.
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bertakbir membesarkan nama Allah adalah ibadah sunnah yang telah disepakati oleh para ulama, baik salaf maupun khalaf. Dalilnya adalah firman Allah SWT sendiri:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu membesarkan namaAllah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185)
Pada bagian akhir ayat ini yang berhuruf tebal merupakan dalil dari perintah untukbertakbir di penghujung akhir bulan Ramadhan atau di awal bulan Syawwal. Tidak ada satu pihak pun yang mengingkari adanya perintah untuk membesarka nama Allah ini.
Namun ketika berbicara di wilayah bentuk teknis implementasi perintah ini, barulah para ulama berbeda pendapat. Perbedaan itu mulai dari masalah waktu start untuk bertakbir, kapan dimulai dan kapan selesai? Apakah sejak terbenam matahari di hari akhir Ramadhan ataukah setelah shalat shubuh di hari Idul fithr?

Juga mereka berbeda pendapat tentang teknis takbirannya, apakah sendiri-sendiri atau berjamaah? Dan kalau berjamaah, apakah bersahut-sahutan ataukah masing-masing bertakbir sendiri-sendiri? Apakah di dalam masjid, di rumah masing-masing ataukah keliling kampung, keliling kota naik truk?
Semua itu jelas-jelas tidak ada keterangannya dari Rasulullah SAW. Sehingga tidak ada satu pihak pun yang bisa mengklaim bahwa tata cara takbiran yang dilakukannya adalah yang paling sesuai dengan sabda nabi SAW. Semua hanya perkiraan saja, tidak lebih dari sekedar sebuah ijtihad yang bersifat sangat manusiawi.
Sehingga masalah ini tidak akan sampai membuat umat Islam menjadi saling mengejek, mencaci dan menganggap saudaranya sebagai pelaku bid'ah dan sesat.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

Apa Itu Mazi, Mani, atau...?

Mon 15 October 2007 09:25 | thaharah | 3.345 views
Pertanyaan : 
Assalamualaikum wr wb..
Bapak pengasuh yang saya hormati
Saya seorang pemuda pemuda. Saat ini saya sangat bingung tentang masalah perbedaan antara mani dan mazi itu. Memang saya telah mendapat beberapa jawaban dari beberapa ustat bahkan dari teman - teman saya tentang perbedaan dan cara mensucikannya, tetapi banyak perbedaan sehingga saya bingung karena hal tersebut sangat penting dalam kita melakukan ibadah pada Allah SWT
Pada kesempatan ini saya ingin menanyakan beberapa pertanyan yaitu
1. Perbedaan antara mani dan mazi serta apa hukumnya..?
2. Ciri - cirinya dan bagaimana cara mensucikannya?
Atas segala jawaban dan bantuannya saya ucapkan banyak terima kasih
Wassalamualaikum wr wb
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
1. Mazi
Mazi adalah cairan bening yang keluar akibat percumbuan atau hayalan, keluar dari kemaluan laki-laki biasa. Mazi itu bening dan biasa keluar sesaat sebelum mani keluar.
Dan keluarnya tidak deras atau tidak memancar. Mazi berbeda dengan mani, yaitu bahwa keluarnya mani diiringi dengan lazzah atau kenikmatan (ejakulasi) sedangkan mazi tidak.
Mazi hukumnya najis sebagaimana disebutkan oleh para ulama.
2. Wadi
Wadi adalah cairan yang kental berwarna putih yang keluar akibat efek dari air kencing. Hukumnya najis sebagaimana ditetapkan oleh para ulama.
3. Mani
Air mani yang keluar dari kemaluan seseorang sesungguhnya bukan benda najis. Air mani adalah satu pengecualian dari ketentuan bahwa segala benda yang keluar lewat kemaluan hukumnya najis. Baik berbentuk padat, cair atau gas.
Air kencing, mazi, wadi, darah, nanah, batu dan semua yang keluar lewat kemaluan ditetapkan para ulama sebagai benda najis. Kecuali air mani, hukumnya bukan najis.
Dalil dari tidak najisnya air mani ada banyak, di antaranya adalah hadits berikut ini:
Dari Aisyah ra berkata, "Aku mengerok mani dari pakaian Rasulullah SAW dan beliau memakainya untuk shalat. Dalam riwayat lain disebutkan, "Aku menggaruk dengan kuku-ku mani yang kering dari pakaian beliau. (HR Muslim)

Dengan hadits ini, para ulama umumnya mengatakan bahwa air mani itu tidak najis. Tindakan Aisyah isteri beliau mengerok atau menggaruk dengan kuku sisa mani yang sudah mengering di pakaian beliau menunjukkan bahwa air mani tidak najis. Sebab kalau najis, maka seharusnya Aisyah ra mencucinya dengan air hingga hilang warna, aroma atau rasanya.
Tindakan Aisyah menurut sebagian ulama dilatar-belakangi rasa malu beliau melihat Rasulullah SAW, suaminya, shalat dengan pakaian yang belepotan sisa mani. Maka dikeriknya setelah kering agar tidak terlihat nyata, meski sesungguhnya tetap masih ada sisa mani kering yang menempel.
Namun sebagian kecil ulama memang ada yang mengatakan bahwa air mani itu najis. Misalnya pendapat Al-Hanafiyah, Malik, Ahmad pada sebagian riwayat dan Al-Hadawiyah. Di antara dasar yang melandaskan pendapat mereka adalah hadits berikut ini:
Aisyah ra. mengatakan, ”Biasa Rasulullah SAW. mencuci mani kemudian keluar shalat memakai sarung itu dan saya melihat bekasnya cucian sarung itu” (HR Bukhari dan Muslim)
Tindakan Rasulullah SAW mencuci bekas mani di pakaiannya menunjukkan bahwa mani itu najis.
Namun pendapat ini dibantah oleh para ulama yang mengatakan bahwa air mani tidak najis dengan beberapa jawaban. Antara lain:
  1. Hadits ini meski secara riwayatnya shahih, namun tidak menunjukkan kewajiban untuk mencuci bekas mani yang menempel di pakaian. Tetapi hanya menunjukkan keutamaan untuk mencucinya dan hukumnya hanya sunnah.
  2. Kalau ada beberapa hadits yang bertentangan secara lahir, padahal masing-masing punya sandaran yang kuat, maka sebelum menafikan salah satunya, harus dicarikan dulu kesesuaian antara dalil-dalil itu. Dan menyimpulkan bahwa mani tidak najis adalah bentuk kompromi atas semua dalil yang ada. Sedangkan tindakan nabi yang mencuci bekas mani, harus dipahami bukan sebagai keharusan, melainkan kepantasan dan kesunnahan.
  3. Meski pun Al-Hanafiyah mengatakan bahwa air mani itu najis, namun mereka berpendapat bahwa untuk mensucikan bekas mani cukup dengan mengeriknya setelah kering, tidak perlu dicuci.
Demikian sedikit penjelasan dengan tiga cairan yang keluar dari kemaluan dan hukum-hukumnya, semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabaraktuh,


Ahmad Sarwat, Lc
 

Mantan Pacar Berzina, Turut Berdosakah Saya?



Mon 15 October 2007 09:26 | nikah | 2.811 views
Pertanyaan : 
Assalamu 'alaikum, wr, wb.
Saya wanita berumur 23 tahun, 3 tahun yang lalu saya pernah berzina dengan pacar saya, sebenarnya kami berniat menikah tapi terhalang karena kami berbeda agama, sebelum kejadian tersebut kami telah berpacaran selama 2 tahun. pada saat kami berzina, itu bener-bener yang pertama kali kami lakukan. Kami telah mengakhiri hubungan sejak 2 tahun yang lalu.
Sekarang alhamdulillah saya sudah bertaubat dengan taubatan nasyuha. Saya pernah membaca artikel yang mengatakan bahwa 'bila salah seorang yang pernah berzina masih tetap berzina, maka seorang yang lainnya akan ikut menanggung dosa perzinahan tersebut'. Sekarang mantan pacar saya tersebut kumpul kebo dengan seorang wanita yang juga berbeda agama.
Yang ingin saya tanyakan:
1). Apakah benar saya ikut menanggung dosa yang dilakukan oleh mantan pacar saya walaupun saya bertaubat dan tidak melakukannya lagi, mengingat dia pertama kali melakukan zina dengan saya (saya merasakan beban yang berat, karena perbuatankami dulu dia jadi terbawa sampai sekarang & dia jadi seperti sekarang karena kecewa karena kami tidak berjodoh)?
2). Apa yang harus saya lakukan, haruskah saya memintanya untuk berhenti berbuat dosa?
Tolong jawab pertanyaan saya, terima kasih atas bantuan ustadz.
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
Pada prinsipnya seseorang tidak dibebankan dosa yang dilakukan oleh orang lain, kecuali bila dia menjadi penyebab secara langsung atas dosa yang dilakukan orang lain itu.
Misalnya, otak pembunuhan harus ikut menanggung dosa dari pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain, meski dia tidak langsung melakukan pembunuhan. Itulah yang diberlakukan dalam agama Islam.
Selain itu yang ikut juga harus menanggung dosa adalah orang-orang yang terlibat membantu terjadinya proses pembunuhan. Misalnya, yang memodali, memberi jalan serta memudahkan pembunuh untuk melakukan dosa kejinya. Jelas sekali secara nalar bahwa pihak-pihak yang ikut membantu pembunuhan pasti harus ikut menanggung dosanya, meski tidak secara langsung ikut melakukannya.
Namun dalam kasus yang anda lakukan, yaitu berzina dengan seseorang, lalu anda telah menyatakan taubat, sedangkan mantan pasangan zina anda sampai hari ini masih belum juga bertaubat, tentu saja anda tidak perlu menanggung dosa yang dia lakukan. Dosa anda hanya sebatas dosa berzina dengan dirinya.
Adapun zina-zina lainnya yang dia lakukan, tentu saja bukan anda yang harus menanggungnya. Itulah nalar dan logika yang bisa kita terima.
Kecuali,

Kecuali bila orang itu tadinya bukan pezina, lalu anda mengajarinya berzina. Dia menjadi pezina semata-mata lantaran anda yang mengajaknya serta menjerumuskannya. Maka wajar jika anda harus ikut menanggung dosa zina yang dilakukannya. Karena anda memang menjadi sebab dari dosa-dosa yang dikerjakannya.
Sama saja kasusnya dengan seorang yang jadi peminum khamar lantaran pernah diajak sebelumnya oleh temannya. Boleh jadi kemudian si teman ini sudah bertobat, tapi dirinya malah masih saja menjadi pemabuk, maka si teman ini kita bilang menjadi penyebab dosa-dosa yang dilakukannya.
Wajar bila si teman ini punya kewajiban untuk menghentikan perbuatannya, setidaknya sudah berupaya sebisa mungkin untuk mencegahnya. Kalau ternyata tidak sadar-sadar juga, sementara usaha untuk menghentikannya sudah maksimal, kita serahkan kepada Allah SWT.
Demikian juga dengan kasus yang anda ceritakan. Seandainya pasangan zina anda sampai hari ini masih awet dengan zina yang dilakukannya, dan kelakuan bejat itu semata-mata karena anda penyebabnya, maka kewajiban moral anda saat ini adalah berupaya sekuat tenaga agar dia bisa berhenti dari berzina.
Tapi bila bukan anda penyebabnya, secara moral anda tidak terbebani untuk menyadarkannya. Meski tetap saja upaya untuk menyadarkan orang lain, siapa pun dia, dari melakukan dosa tetap wajib dilakukan.
Sebab agama ini adalah nasihat. Kita telah diperintahkan Allah SWT untuk mencegah perbuatan keji dan dosa. Rasulullah SAW telah mewajibkan kita bila melihat kemungkaran untuk mengubahnya dengan tangan, lisan dan hati. Semua itu bisa melalui kekuasaan, pengaruh, otoritas, kemahiran, dana, strategi dan pendekatan hati. Pendeknya, apa pun yang bisa kita lakukan, maka kita wajib melakukannya.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

Tuesday, February 9, 2016

Gempar!!! Nasa Temui Yakjuj Dan Makjuj Dalam Perut Bumi! Mohon Sebarkan!!!






WASHINGTON - Weekly World News telah mengungkapkan tentang penemuan mengejutkan mengenai satu kaum primitif yang di panggil Mole People hidup 20 mil di bawah tanah, menggunakan terowongan rahasia untuk memasuki United States!
Penemuan ini dibuat bukan oleh ahli arkeologi, tetapi oleh ilmuwan NASA yang menggali jauh ke dalam Bumi - dan mereka mencoba menyembunyikan keberadaan kaum ini dari pengetahuan publik ..
Seorang pekerja NASA yang tidak mau disebut telah mengungkapkan gambar-gambar eksklusif and informasi mengenai kaum 'orang gua' ini.
"Cerita ini harus diberitahu," kata sumber itu. "Ia terlalu besar untuk disimpan".
Sumber itu telah mengungkapkan beberapa rahasia besar mengenai Mole People. "Tampaknya mereka seperti kaum yang peramah", beliau berkata, "Tetapi mereka amat primitif. Kami mencoba berkomunikasi dengan mereka, tapi itu satu pekerjaan yang susah karena mereka tidak tahu  bahasaEnglish ".

"Mole People, sebagaimana yang kami panggil, memiliki sandi senang untuk ke muka Bumi (surface world)", kata sumber itu. "Dengan demikian, President Bush mengendalikan situasi ini dengan penuh hati-hati. "Keliru langkah bisa mengakibatkan makhluk ini menyatakan perang dengan manusia di atas. Kami tidak pasti berapa jumlah mereka ini. Kami baru melihat satu kota sejauh ini, dengan anggaran 2000 orang Mole tinggai di situ.
"Tetapi ada pihak yang menyatakan bahwa mungkin jutaan orang Mole tinggal-rata di dalam kota-kota bawah tanah bertebaran di bawah muka Bumi ".
Makhluk itu memiliki beberapa persamaan dengan manusia - dan juga sedikit perbedaan. "Seperti kita, mereka berjalan dengan dua kaki, tetapi mereka jauh lebih tinggi dari manusia biasa - setinggi 8 ke 10 kaki tinggi. Jari-jari mereka seperti kuku binatang. Dan tangan mereka juga seperti kaki bebek (webbed), dirancang untuk menggali, bukan seperti kuku mole "" Kulit mereka sangat kuat. Itu untuk menahan panas yang ekstrim dan juga kondisi yang sangat di bawah Bumi ".





"Ditemukan bahwa terdapat hubungan dan interaksi antara manusia dengan makhluk ini suatu ketika dahulu - mereka berbicara di dalam bahasa yang hampir sama dengan dialek Navajo Lama.
Sumber itu juga menyatakan bahwa kaum Mole ini memiliki sistem otot-otot yang sangat besar, membuat mereka mampu bertindak ganas. "Ada seorang anggota ekspedisi itu menyalakan rokok, kaum Mole menganggap itu sebagai satu ancaman dan terus menyerang pemuda itu ". "Mereka mencakar dan menyerang beliau seperti kucing hutan, hampir menjatuhkan beliau bersama rokoknya. Dia sangat beruntung selamat dan hidup dari insiden itu ".

Kaum Mole amat tertarik dengan dunia atas muka Bumi - pakaian, alat-alat dan makanan terutama. Mereka sangat menyukai buah-buahan segar. "Saya berikan mereka sedikit anggur, dan mereka terus berpestadan bersukaria", menurut kata sumber.
"Amat jelas mereka tidak bisa menanam buah-buahan mereka sendiri, melihat mereka tinggal 20 mil di bawah muka Bumi". NASA amat tertarik untuk mempelajari kaum Mole. "Kami ingin tahu segala sesuatu tentang mereka - apa yang mereka makan, bagaimana mereka tinggal dan yang paling penting, apakah hubungan mereka dengan kaum manusia ".
"Kami bertanya-tanya jikalau mereka itu ada kaitan dengan manusia di dalam aspek-aspek tertentu. Apakah mereka adalah nenek moyang manusia modern hari ini secara genetis? "Para ahli mengatakan ada spekulasi yang beragam tentang kaum Mole. "Mereka bisa jadi apa saja, dari Yetis (Bigfoot), makhluk asing dari angkasa atau sisa orang yang selamat dari kota Atlantis Yang Hilang. Apakah makhluk itu musuh dan suka berperang ataupun peramah dan sanggup bekerjasaman? Dan bagaimana dengan minyak dan penyimpanan mineral di bawah Bumi? siapa yang memiliki mereka: kaum Mole atau kita?

Bagaimana dengan NASA dimana misi asalnya adalah untuk meneliti ruang angkasa - telah menjumpai kaum yang hidup di bawah muka Bumi? Juru bicara NASA tidak membantah maupun mengiyakan laporan itu. Setelah menerima tekanan hebat dari warta wan, juru bicara White House menjanjikan informasi yang dibenarkan oleh White House untuk disebarkan. Tetapi beliau telah memberi peringatan "mungkin tidak untuk waktu yang dekat ".
Menurut sumber itu, NASA menjumpai kaum bawah tanah itu dalam bulan Agustus ketika sedang menjalankan proyek rahasia yang di beri nama Operation Mole Hole - satu inisiatif dimana wartawan sekarang percaya ia mungkin untuk mengintip China, menggunakan "teknologi bawah
tanah ". Sejauh ini NASA telah menemukan pintu rahasia ke dunia bawah tanah di sekitar Washington State s Mount Shasta, gua Mammoth di Kentucky dan juga gua-gua yang tersebar sekitar barat daya U.S menurut kata sumber. Berabad lamanya manusia telah bercerita tentang keberadaan makhluk di bawah muka Bumi.
Sekarang, buat pertama kalinya, spekulasi itu telah dibuktikan kesahihannya. Tapi apakah makhluk-makhluk ini kawan ataupun lawan masih tidak diketahui.

Pertanyaannya ..
Berdasarkan apa yang saya baca, NASA telah menemukan makhluk bawah tanah, point yang agak kurang jelas saya listkan dibawah ...mereka berkomunikasi dengan makhluk tu tanpa dicederai, makhluk tu juga tak tahu bahasa Inggris ..seorang ekspedisi menyalakan rokok, dan makhkuk tu terasa diancam dan menerkam sampai jatuh rokok dan orang tu ..mereka memberi buah anggur kepada makhluk tu dan mereka suka ..tinggi makhluk tu adalah sekitar 10 kaki setara hampir 300 cm, dua kali lipat manusia normal ..
rasa heran juga karena orang dapat berkomunikasi dengan makhluk yang tingginya memang sangat tinggi dan mana mungkin makhluk yang sebesar itu mampu berbicara dan seakan jinak dengan manusia. Coba kita bayangkan makhluk yang kita tak pernah kenal dan dia pun tak kenal kita, merasa tak terancam dengan tindakan NASA.
Mereka dikatakan telah mengorek lubang bawah tanah untuk satu proyek yang dinamakan sebagai 'Operation Mole Hole', mereka telah berjumpa dengan makhluk itu di bawah tanah yang agak dalam di Washington. Sedangkan jika kita menebang pohon yang dihuni binatang, pasti binatang itu akan lari dan mengganas, bagaimana makhluk yang dikatakan NASA dapat berkomunikasi dengan baik tanpa menyakiti mereka.

DARI SURAT AL KAHFI:
Allah menceritakan kisah pria itu seperti firman-Nya dalam surah itu: "Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain.
Katakanlah: 'Aku akan bacakan kepadamu cerita tentang'. Sesungguhnya Kami memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan.
"Hingga apabila dia sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut berlumpur hitam dan dia merasa di situ segolongan umat. Kami berkata: 'Hai Zulkarnain, kamu bisa menyiksa atau dapat berbuat kebaikan terhadap mereka'. Mengatakan Zulkarnain:

'Adapun orang yang aniaya maka kami kelak akan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya'. "(Ayat 83 sampai 87)
"Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Sampai ketika sampai ke tempat terbit matahari (Timur) dia mendapati matahari itu menyinari
segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, "(ayat 89 dan 90).

"Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga ketika dia sampai antara dua gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu
suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: 'Hai Zulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu
orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding
antara mereka? '.
Zulkarnain mengatakan: 'Apa yang didukung Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan
alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi '.
"Hingga apabila besi itu sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: 'Tiuplah (api itu)'. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: 'Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atas besi panas itu'.

"Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Zulkarnain mengatakan: 'Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar ', "(ayat 92 sampai 98).

Demikianlah secebis kisah tentang Zulkarnain. Dalam rentetan perjalanan hidupnya, pria itu bertanggung jawab membangun tembok bagi menghalangi bangsa Yakjuj dan Makjuj mendatangkan angkara kepada manusia. Tembok bangunan Zulkarnain itu hanya akan runtuh ketika dunia terlalu hampir dengan kiamat ..
Kita tidak pernah menyangkal akan keberadaan yakjuj dan Makjuj yang telah dinyatakan dalam Al Quran, namun benarkah makhluk yang ditemukan NASA itu benar2 ada, saya memang tidak bisa percaya 100% akan berita yang dirilis puak kafir .. hanya Allah swt saja yang mengetahui berita nyata dibalik tuduhan Amerika, apakah hanya mainan mereka untuk memporak porandakan umat manusia atau satu berita yang benar ..
wallahu a'lam ..

Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :


Memberi Sedekah kepada Pengemis yang Sehat

Tue 16 October 2007 23:28 | kontemporer | 3.561 views
Pertanyaan : 
Assalamu'alaikum ustadz...
Semoga ustadz diberikan limpahan rahmat oleh Allah SWT...
Ada beberapa masalah yang bikin saya agak ragu-ragu dan bingung ustadz, saya sering melihat di kota-kota besar banyak pengemis yang berkeliaran di penjuru kota, dan banyak pengemis tersebut adalah orang-orang yang masih sehat dan kuat, bahkan ada pengemis laki-laki yang masih muda dan kuat. Yang ingin saya tanyakan...
1. Apakah saya harus memberi sedekah kepada pengemis-pengemis sehat tersebut? Bagaimana sebaiknya saya menghadapi para pengemis sehat tersebut?
2. Mengenai pengamen jalananyangberwajah seram dan badannya penuh tato, apakah perlu diberi uang walaupun mrk tidak meminta sedekah?
Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Jazakallah..
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Memang pertanyaan ini seringkali menggelitik perasaan kita dan seringkali menggiringkita terjebakke dalammasalah yang dilemmatis.

Di satu sisi, kita ingin memberi sedekah dan membantu fakir miskin yang barangkali nasibnya kurang beruntung. Namun di sisi lain, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak dari para pengemis itu yang sebenarnya merupakan sindikat yang teroganisir. Pendeknya, mereka sebenarnya bukan orang yang tepat untuk diberi bantuan.
Namun ada juga yang mengeritik bahwa biar bagaimana pun kita tidak boleh menolak orang yang meminta-minta. Apalagi mengingat kita juga belum tahu persis, apakah si peminta-minta itu memang orang yang berhak ataukah semata-mata penipu.
Akan halnya larangan untuk menolak orang yang meminta, sebagian kalangan berhujjah dengan firman Allah SWT berikut ini:
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Adz-Dzariyat: 19)
Di dalam ayat ini secara tegas Allah SWT menyebutkan bahwa orang yang miskin meminta-minta memang punya hak dari sebagian harta kita. Dan para pengemis itu adalah orang yang meminta-minta. Apakah mereka menipu atau tidak, kita tidak bisa pastikan secara langsung saat itu juga.
Oleh karena itu, sebagain kalangan memberikan solusi jalan tengah. Kepada para peminta-minta, kita dianjurkan untuk tidak menyia-nyiakan begitu saja. Kita berikan tetapi ala kadarnya. Sekedar untuk menggugurkan kewajiban dan tidak melanggar ayat Allah SWT.
Apalagi kita juga mengetahui bahwa Allah SWT melarang kita untuk menghardik orang yang meminta-minta.
Adapun orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.(QS. Adh-Dhuha': 10)

Namun yang lebih baik adalah menyalurkan sebagain besar sadaqah, infaq dan termasuk zakat kita lewat lembaga amil yang amanah, bertanggung-jawab, resmi dan formal. Sebab lembaga-lembaga seperti ini memang didirikan secara profesional demi sampainya niat kita. Ke sanalah dana infaq kita salurkan.
Adapun kepada para peminta-minta, berilah sekedarnya saja. Bahwa ada yang mensinyalir bahwa sebagian dari mereka adalah jaringan para penipu, setidaknya kita tidak bisa disalahkan begitu saja. Namun memang perlu bila sindikat para peminta-minta itu diungkap ke publik. Agar mereka yang memang bukan berhak atas dana infaq tidak menjadi sia-sia.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

Ingin Belajar Ilmu Hisab di Dua Kubu yang Berbeda



Wed 17 October 2007 00:01 | umum | 2.333 views
Pertanyaan : 
Assalamu'alaikum Ustadz, semoga rahmat Allah senantiasa bersama kita semua.
Perbedaan penentuan tanggal 1 bulan-bulan Islam senantiasa terjadi di Indonesia, jika kita simak berita di media maka tahun ini sudah ada 4 perbedaan dalam penentuan awal bulan, yakni:
NU lebaran hari Sabtu, Muhammadiyah lebaran hari Jum'at, Saudara kita di GOA merayakan hari raya 1428H pada hari Kamis, dan sebagian masyarakat jombang merayakan lebaran di hariMinggu, dan ini mendorong semangat saya untuk belajar langsung ilmu hisab dikubu-kubu tersebut. Saya ingin tahu lebih detail bagaimana masing-masing pihak berhitung. Juga apakah di sana tidak ada inisiatif untuk mengadakan acara "studi banding/ tukar menukar antar santri/ ahli hisabnya."
Adakah pula di dunia maya ini sebuah situs/ link yang berisi"pelajaran hisab" sehingga bisa saya pelajari lebih awal.
Terimakasih dan mohon maaf mohon maaf lahir dan bathin.
ja'alanallahu minal a'idin wal faidzin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Apa yang anda ceritakan itu memang benar, umat Islam dibuat sedemikian bingung karena setidaknya ada 4 versi lebaran yang berbeda untuk tahun 1428 hijriyah ini. Luar biasa memang.

Dan keinginan anda untuk belajar ke masing-masing kubu memang menarik. Setidaknya anda bisa memahami logika masing-masing kubu. Dengan demikian, wawasan anda akan menjadi semakin luas.
Apalagi kalau impian anda nantinya bisa menjadi kenyataan, yaitu masing-masing kubu bisa duduk bersama, saling bertukar pikiran, saling melengkapi kekurangan, saling merendahkan hati, tawadhu', siap mengoreksi kekurangan diri sendiri dan bersikap santun, ramah serta menjaga tenggang rasa.
Semoga impian itu suatu saat bisa kita saksikan kelak. Di mana para ahli ilmu baik ahli hisab maupun ahli rukyat bisa meniru para ulama pendahulu mereka. Teladan para ulama di masa lalu barangkali sudah saatnya untuk lebih kita ekspose, baik keluasan ilmu mereka maupun ketawadhu'an mereka.
Kita masih ingat dengan jelas bagaimana Al-Imam Asy-Syafi'i bersedia tidak melakukan qunut pada shalat shubuh di hadapan para pengikut mazhab lain yang meyakini bahwa qunut itu bid'ah. Padahal beliau berpendapat bahwa qunut pada shalat shubuh itu sunnah muakkadah.
Kita juga ingat penghargaan yang sedemikian tinggi dan tulus dari beliau kepada Imam mazhab lainnya seperti Abu Hanifah. Beliau mengatakan bahwa seluruh manusia di dunia ini berhutang budi kepada Imam Abu Hanifahrahimahullah atas jasa-jasanya di bidang ijtihad qiyas.
Kita juga tidak pernah mendengar para imam mazhab itu berlaku arogan dan sok tahu. Mereka selalu mengatakan bahwa pendapat mereka itu sementara dianggap benar, namun sangat boleh jadi pendapat orang lain juga benar.
Dan sikap para shahabat nabi SAW yang seringkali berbeda pendapat juga tidak lantas menjadikan mereka saling bermusuhan. Kita tidak pernah mendengar Abu Bakar ra memberi fatwa sambil melarang orang untuk meminta fatwa kepada shahabat lainnya.
Abu Bakar ra adalah orang yang pada akhirnya menyetujui dijalankannya proyek penulisan Al-Quran, setelah sebelumnya beliau memandang bahwa hal itu termasuk bid'ah yang mengada-ada. Namun Allah SWT melapangkan dadanya dan beliau bisa menerima pandangan dari Umar bin Al-Khattab.

Demikian juga kita tidak pernah mendengar khaliah Umarra melarang para shahabat untuk mengkritisi dirinya. Bahkan di hari pertama dirinya diangkat menjadi khalifah, beliau justru meminta agar ada orang yang selalu mengkritisinya dengan pedang. Beliau tidak marah dengan kritik itu dan tidak pernah merasa dirinya selalu benar.
Bahkan seringkali beliau dikiritik di depan publik, bahkan oleh wanita. Apakah beliau marah? Apakah beliau merasa direndahkan? Apakah beliau merasa dirinya selalu benar?
Jawabnya tidak dan tidak pernah.
Meski pikiran beliau seringkali mendahului turunnya ayat Quran dan kemudian ayat itu malah membenarkannya, namun kita tidak pernah melihat arogansi seorang Umar. Pendeknya, beliau bukan tipe orang yang sok pinter, sok tahu dan soh paling benar sendiri.
Sikap luhur seperti inilah yang rasanya kok sudah mulai luntur di kalangan kita. Apa lah ilmu kita dibandingkan dengan Abu Bakar dan Umar ra? Apa lah ilmu kita dibandingkan dengan Abu Hanifah, Malik, Syafi'i dan Ahmad bin Hanbal?
Mengapa kita sekarang ini tiba-tiba menjadi orang yang terlalu percaya diri dan merasa paling benar sendiri? Tidakkah mungkin ilmu yang kita miliki sekarang ini punmasih perlu disempurnakan? Tidak kah masukan dari pihak lain tetap berharga untuk dipertimbangkan?
Himbauan ini sebenarnya tidak terbatas kepada para ahli hisab dan rukyat saja, tetapi juga berlaku buat diri kami sendiri juga. Pendeknya, para tokoh mulai dari ulama, ustadz, kiyai, habaib, ajengan, tuan guru dan para pemuka agama perlu untuk saling berkomunikasi, tukar pikiran, tukar informasi, saling melengkapi, saling berhusnudzdzan dan saling berkorban demi saudara sendiri.
Semoga impian kita nantinya menjadi kenyataan, ya Allah kabulkan doa kami.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc